Suami Lugu Hebat Dalam Memuaskanku
slot game
16.48
Romantik seksual - Aku Sintia. Setelah lulus kuliah aku langsung bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta. Belon lama aku lulus dan bekerja, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah putra kerabat jauh mereka. aku menuruti saja kemauan kedua orang tuaku, walaupun sekarang sudah gak jamannya lagi menerapkan pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, aku langsung nikah tanpa pacaran sebelumnya.Suami Lugu Hebat Dalam Memuaskanku
Lelaki
itu (untuk selanjutnya aku sebut ja abang) lebih tua dari aku. resepsi
pernikahan kami berjalan lancar. Malam pertama lewat begitu aja. Gak da
tu gulat smekdon yang menggebu2. Kami langsung tertidur karena ternyata
menjalani resepsi tu sangat melelahkan, walaupun cuma senyum dan
salaman.
Ketika
paginya aku bangun, dia gak da disebelahku, aku memang bobo duluan
semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di dapur,
dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan mandi, aku segera beberes
untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti walaupun baru nikah.
Bosku minta dengan sangat aku menunda cuti nikah karena ada proyek besar
yang harus selesai dalam waktu dekat ini, dan porsi kerjaan yang
menjadi bagianku penting sekali untuk keberhasilan proyek ini. Walaupun
kesal ya aku iya aja. “Sintia ke kantor ya bang, pulangnya mungkin
malem, nguber dead line proyek” ujarku sambil mengenakan sepatu di ruang
tengah. “Iya”, jawabnya singkat, gak yau apa yang ada dibenaknya, kok
malem pertamaku bisa lewat bgitu aja tanpa nyolek2 aku, istrinya yang
baru ja dinikahinya. Masa bodoh ah, aku juga terpaksa nikah ma dia untuk
menyenangkan kedua ortu aja. Dia gak mo nyentuh aku ya no problemo
juga, mantan2 pacarku diluar banyak yang bersedia menyentuh aku begitu
aku kasi signal hihi.
Di
kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan
aku sambil menggodaku betapa nikmatnya malem pertama, aku cuma senyum2
ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang
lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan
keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka
lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah akibat kerja rodi
di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. Bos nyuru aku pulang duluan
walau tim yang laen masi trus menggeluti kerjaannya masing2, toleransi
buat pengantin anyar kata bos, dan disambut dengan gemuruh ketawaan dari
seluruh tim ketika aku pamit duluan. Setibanya di rumah dia blon
pulang, padahal dah malem banget. aku hanya merebahkan badanku yang
capek di ranjang tanpa melepas pakean kerjaku. tiba tiba, “udah pulang
kamu?” tanyanya sambil masuk ke kamar. “sorry bang, tadi Sintia nggak
sempet masak, kita pesen makanan delivery aja yah” jawabku. Kami
menyantap makan malam kami setelah pesenannya dateng. Ngentot Istri 2018
Dibandingkan
temen2 prempuan dikantor, dan juga pengakuan temen2 lelakiku, aku
termasuk wanita yang cantik, menawan serta sexy. Selain itu aku orang
yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita,
makanya aku binun banget ngeliat kelakuan suamiku itu, gak tau lugu pa
jutek, ampe aku juga gak tau mo ngomong apa ma dia. Walaupun dijodohkan
tapi namanya malem pertama gak ngapa2in aneh juga untukku, mana ada
kucing yang nolak ikan asin hihi.
Setelah
mandi dia nonton tv, karena gak da acara yang menarik menurutnya, dia
duduk di meja kerjanya meneruskan pekerjaan kantor yang dibawanya
pulang. Dah jam 23.30, aku dah ngantuk nungguin movenya, tapi kayanya ni
malem bakal lewat lagi bgitu aja. aku menghampirinya, “Blon slesai
kerjanya bang”. “Blon”, jawabnya singkat, tanpa memandang wajahku yang
berdiri disamping meja kerjanya. “ya udah, kalo gitu Sintia tidur duluan
yah”, jawabku dengan tetep senyum manis walaupun bete banget.
Malam
itu rupanya sofa menjadi tepat tidurnya karena keesokan harinya aku
bangun dan dia gak diranjang. Kukira dia olahraga ato apa, ketika aku
keluar kamar ternyata dia sedang tidur di sofa. Rupanya malem kmaren dia
juga bobo di sofa, aneh banget, takut aku makan kali ya, padahal aku
dah jinak banget, dimakan si enggak – paling diemut2 hihi. Aku segera
membuatkan secangkir kopi untuknya dan kembali ke sofa dimana dia tidur.
“Bang,
kok nggak tidur di kamar? Entar masuk angin loh, mending kan masuk ke
Sintia”, kataku melihat dia menggeliat terbangun karena suara sandalku
memecah keheningan pagi itu.“nggak apa-apa kok, takut ngeganggu kamu
yang dah bobo duluan”, jawabnya sambil mengusap , guyonanku gak dapet
respon papa. “Sintia buatin kopi ni”. “nggak, nggak usah aku bisa buat
sendiri kok” jawabnya. “udah, nih…” ujarku sambil menyodorkan secangkir
kopi kepadanya, buset dah juteknya, bukannya trima kasi dah dibikinin
kopi ma istrinya. setelah itu aku sengaja duduk mepet disampingnya,
sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu seperti biasa
aku menggunakan celpen dan kaos oblong yang kebesaran (ni seragam
rumahku).
“nggak
ngantor?” tanyanya. aku sengaja menaruh tanganku di pahanya, dan
menatapnya. “jam sembilan lewat dikit baru aku berangkat, abang?”
tanyaku balik. “sama, aku juga, kita berangkat bareng mau nggak?” “Siap
komandan,” jawabku sambil tertawa, lumayan gunung es mulai merespons
signalku. Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk
bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat
singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena
suasana hatiku yang sedang senang.
Sepulang
kantor dia menjemputku di kantor, sambil bergandengan tangan kami
menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana
romantis. Sampai di rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum.
Sambil menunggu kami , aku mencoba membuka pembicaraan, “Bang, Sintia
seneng deh abang ajak makan, ni kan resepsi khusus buat kita berdua ja
ya bang”. Kemudian aku banyak cerita tentang kerjaan di kantor, problema
yang aku hadapi di kantor, dia hanya menjadi pendengar yang baek tanpa
mengomentari apa2 critaku.
Kemudian
makanan sudah dihidangkan oleh waiter dan selanjutnya kami makan dan
aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi aku juga.
Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. pembicaraan terhenti
karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan. Setelah
makan kami pun pulang. Gak banyak pembicaraan yang kami lakukan, aku dah
mulai ngantuk, kekenyangan – penyakit orang kaya, kalo bis makan trus
ngantuk. Maklum, kata ahli kesehatan seabis makan darah banyak mengalir
ke perut untuk mengolah makanan yang masuk, mata gak kebagian darah
sehingga akhirnya makin menyipit kerna ngantuk. Tapi lumayanlah, gunung
es lebih mencair dibandingkan semalem.
Sesampainya
di rumah, dia mandi duluan dan langsung menonton tv. Jam 21.00, aku
baru slesai mandi, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan. Aku sedang
mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka, refleks
langsung dia menutup pintu sembari meminta maaf. Aku yakin, walaupun
beberapa detik tadi dia pasti melihat kedua toketku yang lumayan besar
dan masi kencang banget, “Sin, sorry aku mau ngambil bantal, aku nggak
ngintip kok” ujarnya dari luar kamar. Walaupun jengkel tapi aku jadi
geli sendiri melihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang judulnya suamiku
itu. Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama sekali melihat
toketku tadi. Kukira gunung esnya makin cair karena sejak tadi pagi dia
nampak lebi ceria, gak taunya…. “nggak apa-apa masuk aja….” teriakku
dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, dia menutup matanya
sedangkan tangan kanannya meraba-raba permukaan tempat tidur untuk
mencari bantal. “udah, gak usah nutupin mata, ntar kesandung2 lagi,”
kataku sambil mencolek pinggangnya. “Sorry, aku bukan mau ngintip tadi,
aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi. “nyantai aja lagi, Sintia
yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak
pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia,” sambungku
sambil menepuk tempat tidur. “udah, cepetan tvnya di matiin dulu”,
lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Lumayan gunung es nurut juga ma
aku, selangkah lebi maju lagi.
Setelah
tv dimatikan, dia kembali ke kamar. Di kamar aku dah berada di atas
tempat tidur, “bobo sini bang,” kataku sambil membetulkan posisi bantal
yang berada di sampingku. Dia merebahkan tubuhnya tepat disampingku dan
langsung memejamkan matanya. “Abang masih punya pacar yah waktu kita
nikah” dia membuka matanya pelan-pelan, menatap wajahku yang sangat
dekat dengan wajahnya, karena posisi tubuhku yang menindih sebagian
tubuhnya. “nggak, emang napa?” tanyanya balik. “penasaran aja, abisnya
abang dingin banget…serem tau” jawabku sambil tersenyum. “aku cuman
kaget aja, keadaan berubah drastis banget” jawabnya. “ohh… Sintia kira
abang jeruk makan jeruk.” “aku masi normal kali” jawabnya, tanganku
perlahan mulai memeluk perutnya, “abisnya…..” aku cekikikan ja.
Sepertinya signal yang aku berikan gak sia2 sama sekali walaupun belum
membuahkan hasil. ternyata ada juga lelaki macam ini didunia.
Karena
tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai
pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya aku
bangun terlebih dahulu, sepanjang malam aku memeluknya dan tertidur
dengan posisi setengah tubuhku menindih tubuhnya, aku gak meriksa ada
yang tegang gak diselangkangannya. Aku nyesel gak mriksa, kalo tegang
artinya dia masi normal seperti yang diucapkannya. “bang, bangun…nggak
ngantor?” tanyaku sambil menjepit hidungnya. Dia menggeliat dan bangun
sambil mengucek-ngucek mata.
pagi
itu, di kantor aku memberi perhatian lebih padanya dan terus saja
mengirimkan sms yang menanyakan kegiatannya dan lain-lain. Aku terus
saja mengirimkan signal2 kepadanya dan kayanya response nya positif.
Malemnya
aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami berdua libur,
aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau mengemeliku. aku dah
nyiapin makan malem buat dia. aku mengenakan kaos berlambang MU dengan
celpen, karena kegedean bajunya aku atur hingga bahu sebelah kananku
terlihat keluar dari leher baju. Dia bengong melihat aku pake baju kaya
gitu. “Kenapa kok abang bengong?” tanyaku. “tu kan kaos aku,” katanya.
“iya, emang istri nggak boleh pake baju suaminya?” tanyaku balik. “bole
aja sih, eh tapi kamu cantik loh kayak gitu. Aku sampe terpana
ngeliatnya” katanya. “bisa merayu juga toh abang. Kalo cantik mah Sintia
dari kecil bang, abang baru nyadar ya kalo istri abang cantik”, aku
menggodanya. “udah makan dulu sana….keburu dingin,” kataku lagi.
“Masakanmu enak Sin”. “Tu kan selain cantik, istri abang koki yang baek
juga ya”. Dia senyum2 ja mendengar ocehanku. Artikel Cerita Dewasa Hot
Sehabis
makan, dia nyamperin aku, aku lagi nonton film di tv. “duduk sini bang,
deket Sintia”. perlahan dia duduk disampingku. Aku langsung menarik
tangannya dan menggengam jemarinya erat-erat. Dia menyandarkan tubuhnya
di sofa, aku langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menaikan
tangannya sedikit agar aku bisa meletakkan kepalaku di dadanya, tanganku
menyusuri pinggangnya lalu kupeluk.
“Sin,
kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja, aku
siap bantu kok” katanya untuk memecah suasana. “abang masih belum nerima
kenyataan kalo kita udah nikah ya?” jawabku pelan. “sekarang udah
nggak, abis kamu baik, cantik lagi.” “ih gombal,.” jawabku sambil
mencubit pinggangnya. “kalo Sintia sih pasrah aja, orang tuaku mau
nyuruh apa juga, yang penting pekerjaan Sintia nggak keganggu. Sintia
mau minta sesuatu sama abang, bole gak”. “minta apa?” “ehm, gimana
ngomongnya ya,” jawabku. “udah, bilang aja, nggak usah malu” “beneran
nih, gak papa?”tanyaku lagi. “iya, beneran, trus apa?” “boleh minta cium
nggak?” “ooh..” langsung dia mencium pipiku. “iiihh…bukan di situ, tapi
di sini” kataku sambil menunjuk bibir.
Dia
tidak meresponse, padahal signal yang kuberikan dah kuat banget. “abang
nggak mau ya, nggak apa-apa deh kalo gitu” kataku dengan nada sedikit
kecewa. “nggak, aku cuma..” “Cuma apa bang?” kataku karena dia diam
sejenak. “belum pernah ciuman” jawabnya malu-malu, mukanya memerah.
“astaga, jadi kalo kita ciuman, itu first kiss abang dong?” aku
mengangkat wajahnya yang tertunduk malu. “Sintia prempuan pertama yang
abang cium di bibir ya?” kataku lagi, “Sintia ajarain dulu ya, terus
nanti kalo udah bisa, abang bales.”
Segera
kucium bibirnya. mula2 hanya nempelin bibir, kemudian aku mulai memagut
bibirnya dan mulai menjulurkan lidahku kedalam mulutnya. “dibales dong”
kataku di sela-sela seranganku ke bibirnya. Alhamdulilah, dia membalas
ciumanku dengan cara yang sama seperti yang kuajarkan. “mmhhh” lenguhku.
Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. aku tertawa lepas sambil
memandangnya, “nah, bibir abang udah nggak perjaka lagi.” kataku sambil
menepuk dadaku. “hebat juga kamu ya, master banget deh kayaknya, ngasi
kursus juga ya?” “ya nggak lah, Sintia juga baru pertama kali praktek
nih, tau dari baca buku ama liat film bokep, ternyata rasanya dahsyat
yah” jawabku.
“jadi
bibir kamu sekarang juga udah nggak perawan nih,” candanya. “apa lagi
yang masih perawan?” “ya semuanya lah” jawabku. “mau dong nyobain” “sok
atuh, silahken…,” jawabku sambil menarik tangannya mendekati tubuhku.
“aku becanda kok” “beneran juga nggak apa-apa. nanggung kan rasanya kalo
cuman gitu-gitu aja” lanjutku memancing. “terus maunya gimana?” “nggak
ngerti-ngerti juga?” jawabku, kok ada ya didunia ini lelaki yang selugu
itu, gak tau deh kalo dia cuma pura2 lugu. “ngomongnya langsung aja,
nggak usah berbelit-belit, bingung aku” “Sintia mau diemelin ma abang”
jawabku to the point sambil menarik bajunya.
“yah…nggak
tau harus gimana duluan” jawabnya. “kan ada film Bokep, liat dari situ
aja bisa kan?” “aku coba deh.” Aku segera berjalan menuju kamar tidur
kami dan kembali membawa kotak kecil yang isinya adalah kumpulan DVD
film-film porno dari jepang, asean, gak da bule maen ma bule, aku gak
demen si liatnya, kalo bule maen ma asean pa jepang baru asik diliatnya.
“lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyanya sambil
melihat-lihat dvdnya. “eh, ini punya temen kantor lagi, nonton sih
sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini….enggak deh”, jawabku.
“aku
kira kamu hyper “ katanya bercanda. “eh hyper juga asik tau, bisa siap
setiap saat” jawabku sambil tertawa dan terus mencari bokep yang
menurutku sangat bagus. “nah ini dia akhirnya ketemu.” kataku sambil
merapihkan dvd lain yang berantakan di atas sofa. “nontonnya di kamar
aja, supaya kalau capek bisa langsung tidur”. “emangnya kita mau
nyangkul? kok capek?” tanyaku bercanda. Adegan pertama ciuman, dia duduk
diatas tempat tidur dan aku duduk di pangkuannya. “itu namanya foreplay
bang”, kataku. Film Bokep

Mulailah
aku memagut bibirnya, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi
seperti itu. Kami saling berpagutan bibir serta kedua lidah kami saling
menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. film pun berganti adegan, sang
lelaki bule mulai menggerayangi tubuh si prempuan asia, kayanya thai
deh. Baju si prempuan disingkap keatas dan toketnya mulai diemut oleh si
bule. “pengen deh di gituin” kataku sambil melepaskan ciuman kami.
Posisiku sekarang duduk berhadapan dengannya, aku tetep duduk di
pangkuannya. “ya udah, bajunya di buka” jawabnya. Bandar bola
Aku
membuka bajuku perlahan, sedikit demi sedikit toketku yang tidak
tertutup bra mulai tersingkap. Seperti orang bodoh, toketku hanya
diperhatikan tanpa berbuat apa-apa. “kok cuman diliatin doang, aku pake
lagi nih bajunya” kataku kesel. “sorry, speechless aja aku, gede amir,
seumur-umur baru pernah liat yang ginian selain ibuku punya, eh besar
lagi. sexy banget tubuh kamu”, jawabnya untuk meredakan rasa keselku.
“Ach masak begini saja sexy dan cantik, biasa aja kali. di emut dong”
kataku lagi sambil tersenyum. “nggak ahh, entar lecet, nanti kalo mandi
kan nyeri,” jawabnya. “jadi gimana dong?” “aku jilatin aja, mau nggak?”
Kami
langsung berpagutan lagi. Dia mencium bibirku, kemudian aku melepaskan
ciumannya dan menarik kepalanya ke arah toketku. lidahnya menjulur dan
mulai menjilati melingkar disekitar pentilku, ujung pentilku disentuh
perlahan menggunakan ujung lidahnya. “Mmhh…enak bang, terus..terus..
yang kanan juga..aahh,” desahku yang membuat dia bersemangat
melakukannya. Lima belas menit dia menyerang kedua toketku, hanya suara
desahan yang keluar dari bibirku, saat tubuhku mengelijang hebat, ada
cairan membasahi celanaku. “Sin, celana kamu basah” “iya, Sintia kluar
tadi”, jawabku sambil menciumi pipinya.
Adegan
di film kini berubah lagi, konti bule yang besar panjang sudah sedari
tadi tegang mulai diurut turun naik oleh siprempuan., kemudian
dimasukkan kedalam mulutnya. “mau Sintia gituin nggak?” tanyaku. “udah
gak usah, lain kali aja” jawabnya cepat. “nggak apa-apa, nggak usah
malu…..enak lagi” balasku. Aku segera menarik celananya, dan langsung
menggenggam kontinya yang belum menegang sama sekali dibalik cdnya.
“gila, Sintia udah hampir dua kali orgasme, abang berdiri aja belon”.
“aku baru sekali diginiin” jawabnya.
aku
kemudian menarik turun celananya. “besar juga punya abang, beda dikit
lah ama yang di film”, kataku sambil tersenyum. Aku mengenggam kontinya
dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal pahanya, selama 10 menit,
kemudian aku menempelkan bibirku ke ujung kepala kontinya dan
menghisapnya pelan, kujilati kembali kepala kontinya dan lalu kukulum
dengan mengeluarmasukkan kontinya ke dalam mulutku. “udah…udah…udah…”,
katanya sambil mencoba menarik kontinya keluar dari mulutku, keluarlah
maninya di dalam mulutku.
Aku
agak terkejut dan mengeluarkan kontinya dari dalam mulutku sehingga
muncratan mani berikutnya membasahi wajahku. Aku bisa menerimanya dan
kujilati yang masih tersisa di kontinya. Wah blon apa2 dah ngecret
dianya, percaya deh kalo dia masi perjaka ting ting (sodaranya ayu ting
ting kali ya). Dia membetulkan clananya lalu mengambil handuk di lemari
untuk membersihkan maninya di wajahku. “ketelen gak?” “dikit..” jawabku
sambil tersenyum.
Tibalah
film itu di puncak aksinya, si bule melepas cd si prempuan dan mulai
melumat slangkangannya. “rebahan deh,” katanya. Saat aku berbaring di
tempat tidur, dia telungkup diatasku dan mulai menciumku lagi. Kemudian
dia menyerang leherku, seperti instruksi di film itu. “Mmhh..”,
lenguhku. Poker online
Tak
lama setelah itu, kedua toketku dimainkan, dipijat pelan dan mulai
dijilat perlahan. Desahan nikmat terdengar dari mulutku ketika dia
menghisap serta menggigit-gigit kecil kedua pentilnya. “Ooohh.. baang..
teruuss baanngg..!” jeritku perlahan dan tertahan-tahan. Dia terus
mengulum toket dan pentilku. Kemudian turun ke arah dan pusarku, dia
menjilat sekeliling pusarku sambil tangannya meremas lembut kedua
toketku. Aku menggenggam dengan kuat rambutnya sambil menjepitkan kedua
kakiku ke badannya. “Bang.. Sintia nggak mau disituu ajaa..teruuss
tuurruunn..”
Dia
ikuti kemauanku. Dihentikannya remasan pada kedua toketku, aku menaikan
pinggulku dan menurunkan celanaku. Sekarang aku sudah tidak mengenakan
sehelai benang pun di tubuhku. “kok nggak pake cd si,” katanya sambil
mencubit pipiku. “kalo nggak ada abang sih Sintia pake, tapi kalo ada
abang ya gak lah, kalo tiba-tiba abang minta gimana?” jawabku.
dia
kembali menciumi pusarku sampai di atas vegiku yang tidak memiliki bulu
sedikitpun. “sering dicukur ya Sin?” “nggak juga sih, gak tau kenapa,
bulunya lama numbuh” jawabku. Dia menjilati dengan lembut pusarku hingga
aku menggelepar menerima rangsangan yang terasa nikmat. “Ach.. Uch bang
enak sekali..” ceracauku sambil terengah-engah.Aku memejamkan mataku,
kunikmati saja ciumannya yang panas. perlahan-lahan dengan tangan
kirinya dia membuka kedua belah bibir vegiku.
dengan
disertai jeritan kecil, aku menekan kepalanya ke arah vegiku sambil
mendesah, “Bang.. oohh.. ngg.. nikmaatt.. bang..” Sementara mulutnya,
lidahnya terbenam di antara bibir vegiku yang sudah basah dengan
keluarnya cairan bening dengan aroma yang khas, agak asin dan kental.
Dia mengisap serta menelannya. Dikecupnya klitku. Aku menjerit kecil dan
menggoyangkan pantatku naik turun disertai erangan dan desahan nikmat
kadang jeritan-jeritan kecil. cepet belajar juga dia rupanya, sekali
liat di bokep langsung ngerti kudu ngapain.
aku
semakin terangsang hebat sampai pantat kuangkat-angkat supaya lebih
dekat dengan mulutnya. Dia pun merespons hal itu dengan memainkan
lidahnya ke dalam vegiku, kemudian dia mempercepat jilatannya di liang
vegiku. Semakin cepat dia menjilat, semakin aku menjepit kepalanya di
tengah kedua pahaku, “kalo Sintia tau enaknya gak ketulungan gini, Sinta
dah minta dari awal”. Aku makin mengejang hebat dan mencoba menarik
rambutnya agar kepalanya menjauh dari vegiku, tapi dia meneruskan
permainannya hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi vegiku.
Aku
mengerang panjang, “Ooohh baang.. Sintia keluaarr..mmff..” sambil
menjepitkan kedua pahaku di kepalanya sampai dia sulit bernafas.
Akhirnya jepitanku berangsur-angsur melemah dan aku tergeletak sambil
membukakan kedua pahaku dan dia bisa menghirup udara segar sejenak.
“Enak?”
tanyanya. “iya, enak lah”. “ya udah, gitu aja dulu yah, kepalaku sakit
banget, abis kamu jambak tadi”. “kok udahan sih? sorry tadi Sintia
keenakan jadinya narik-narik rambut abang deh.” “entar baru nyambung
lagi ya”. “iya, tapi jangan lama-lama”.
Aku
hanya terbaring di tempat tidur, tubuh bugilku ditutupinya dengan
selimut. Film porno itu di ‘pause’ sebentar. Dia segera menuju wastafel
untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan jam 11.00. Setelah minum
segelas air, dia segera kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya
disampingku, “Sin, aku mau minta maaf kalo aku udah jutek sama kamu
sejak kita nikah, sekarang aku ngerasa bersalah banget”.“biarin aja
berlalu yang kayak gitu mah, gak usah dipikir lagi, Sintia juga udah
lupa, abang juga makin hari makin asik, seneng Sintia”, jawabku.
“Kok
jadi gerah ya”, katanya sambil membuka baju kaosnya dan tinggal memakai
celana basket yang sejak tadi dipakainya. “ribet banget nih
selimut…”kataku sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku, Aku
segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Aku menarik
tangannya dan menempelkan telapak tangannya ke selangkanganku. Kini
adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai
memasukkan kontinya kedalam vegi pemeran wanita. Pemeran wanita di film
itu hanya menggumam tak karuan. Beberapa menit kami menyaksikan film
itu.
“mau
coba gituan?” tanyaku. “kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa
juga…..kamu aja yang master blon siap apa lagi aku,” jawabnya. “kita
coba tapi pelan-pelan yah…soalnya Sintia kan masih perawan”. “gak
apa-apa nanti aja.” “tapi Sintia pengen banget.” “ya uda.,,,tapi bakal
sakit loh nanti.” Dia menghentikan filmnya dan melepas celananya.
Kontinya dah tegang lagi, bole juga tu, baru ngecret dah bisa keras
lagi.
Aku
menaikkan pinggulku dan pantatku disanggah dengan bantal. Dia membuka
sedikit lubang vegiku. “beneran masukin sekarang?” tanyanya. “iya bang
tapi pelan-pelan yah”. Dia menggesek-gesekan kepala kontinya dulu pada
vegiku yang sudah banyak lendirnya. “Ayo bang cepat, Sintia sudah tidak
tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. Dengan pelan tapi pasti dia masukan
kontinya kedalam vegiku. Terasa perih ketika selaput prawanku ditrobos
kontinya, aku meneteskan air mata. Ada darah membekas di batang
kontinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku, karena dia mengeluar
masukkan kontinya pelan didalam vegiku. “sakit?”, tanyanya pelan. “udah
nggak kok,…perih aja tadi, banget…” jawabku. “mau diterusin?” tanyanya
lagi. “iya..” jawabku manja.
Perlahan
mulai dia memasukkan kontinya ke vegiku sampai pada akhirnya masuk
semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai
mendalam dan terasa kontinya menyentuh bibir rahimku saking dalamnya.
Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari
sambil mengeluarkan suara erotis di antara kami . Aku hanya menggumam
sambil meremas toketku ndiri. “ennnaaakk bang…” hingga selang beberapa
lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami
hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi, “Bang pompa yang cepat,
bang, Sintia mau keluar ach.. Uch.. Enak bang”, lenguhku, sampe
akhirnya, “mmhh…Sintia…. keelluuaarr..” Dengan hitungan detik kami
berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan
di dalam vegiku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk
memulihkan tenaga. Orgasme ku disusul olehnya, senang sekali melihat
expresinya ketika menyemprotkan maninya didalam vegiku. Cairan yang
keluar dari vegiku bercampur sedikit dengan darah. “Sin..sorry tadi aku
keluarin di dalem..”, katanya. “nggak apa-apa kali,..kalo nanti Sintia
hamil.. ya abang jadi bapaknya.” Akhirnya kami pun kelelahan dan
tertidur.
Kira2
satu jam kami tertidur, aku terbangun dan menuju ke kamar mandi, pipis.
Dia menyusulku ke kamar mandi, rupanya pipis juga. Setelah itu kami
kembali lagi ke ranjang. Gairahku timbul lagi untuk mengulang kenikmatan
yang baru aja aku rasakan. aku menggapai kontinya untuk aku kulum. “Mau
lagi ya” tanyanya. “Ehm, habis nikmat bang, Sintia mau lagi ya”. “Enak
kan Sin kontiku” , katanya sambil menikmati kulumanku. “Jelas enak bang,
punya abang kan besar apalagi panjang lagi, ada 17 cm ya bang. Awaknya
si perih tapi udahannya nikmat buangetz”.”
Dia
diam tidak menjawab karena sangat menikmati kulumanku. Aku mengulum
serta menjilati pelirnya hingga dia sampai terangsang berat menuju
orgasme kedua. Aku berhenti untuk menjilatinya dan ganti dengan posisi
69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. vegiku dia buka sedikit
dengan jari dan dimasukkannya jarinya sambil dikeluar masukkan. Selang
beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk
melakukan penetrasi pada vegiku. “Sin kalau masih mau, kamu nungging
gih, kaya di film tadi, sepertinya nikmat juga ya” pintanya. “Oh, mau
doggy style ya, ayo” ajakku bersemangat.
Setelah aku siap menungging, dengan pelan ditempelkannya kepala kontinya ke bibir vegiku dan
perlahan-lahan
ditekan masuk sedikit demi sedikit, “Terus bang.. emmff.. enaakk,
oohh..” aku mendesah. “Bleess..!” akhirnya masuk semua batang kontinya
ke dalam vegiku, kemudian mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, aku
menggoyangkan pinggul seirama dengan gerakan pantatnya. “Aaahh.. bang..
enak sekali… teruuss.. oohh..” aku merintih penuh nikmat.
Ada
kira-kira 5 menit kami saling bergoyang dan tangan kirinya menjalar ke
toketku dan diremas-remas pelan. Kontinya masuk semakin dalam dan
dipompanya dengan semakin cepat hingga aku semakin menikmati permainan
ini. “Ooohh.. baangg.. Sintia nggak tahan lagi..” rintihku dan akhirnya
aku mencapai orgasmeku lagi. Dia makin gencar menggenjot kontinya keluar
masuk vegiku sehingga akhirnya ditekannya pantatnya dengan keras
sehingga kontinya tenggelam habis ke dalam vegiku dan “Sroott.. sroott..
sroott..” entah berapa banyak mani yang disemprotkan di dalam vegiku.
Kami
berdua mencapai klimaks orgasme pada saat yang sama. Sepertinya dia dah
lulus dari kursus singkat bokep. Dia mencabut kontinya dari vegiku dan
terkapar disebelahku yang telungkup diranjang. setelah permainan itu
kembali kami kembali tertidur dalam posisi itu.
Ketika
kami terbangun hari sudah siang banget. Dengan mesra aku ajak dia mandi
bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman.
Siapa dulu yang memulai kami tidak tahu karena secara spontan aku segera
jongkok dan siap menjilat serta mengulum kontinya yang sudah tegak
berdiri. Lalu kukulum kontinya sambil mengocoknya pelan-pelan naik
turun.
Setelah
dia merasa nikmat lalu ganti dia yang jongkok dan minta aku berdiri
sambil kakiku satunya ditumpangkan di kloset wc, agar siap mendapat
serangan oral nya yang nikmat.
Dia
menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari
pada klitku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk
menenggelamkannya lebih dalam ke vegiku. dia menjulurkan lidahnya lebih
dalam ke vegiku sambil dia korek-korek klitku dengan jari manisnya.
Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan dari dia sampai aku mengalami
orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa
dibendung lagi. Dijilatinya dan ditelannya semua lendir kenikmatanku
yang ada itu tanpa sisa. “Gimana Sin, rasanya permainan kita tadi, puas
tidak?” tanyaku. “Puas banget bang, tapi abang blon kluar”.
Kami
saling membersihkan diri, disiraminya seluruh tubuhku, kemudian
disabuni. Aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Tubuh kami masih
basah, kontinya mulai mengeras kembali akibat remasan tanganku,
sementara dia mengusap-usap toketku kemudian turun mengusap bibir
vegiku. jarinya masuk dan mempermainkan klitku dengan lembut. Aku mulai
mendesah. Sambil berpandangan kami saling mengusap, meremas lembut apa
saja yang dapat kami sentuh, sehingga pengen maen lagi.
Tanpa
sempat untuk mengeringkan badan, aku ditariknya kembali ke tempat
tidur, direbahkannya diriku dan dengan agak kasar karena mulai gak
tahan, aku menarik sehingga dia jatuh menindihku. Kami saling memandang,
diciumnya dengan lembut bibirku. Aku menggigit lembut bibirnya sambil
tanganku mulai meraba kontinya yang masih tegang, kubelai dan kukocok
pelan-pelan, membuatnya merintih nikmat sambil memejamkan mata,
sementara mulut kami berdua terkunci dengan kecupan-kecupan yang makin
lama makin buas. Tangannya meremas toket dan pentilku yang mengeras.
Aku
bangun dan merayap ke atas tubuhnya hingga vegiku tepat berada di atas
hidung dan mulutnya. Dia menekan pantatku dan mengecup bibir vegi serta
klitku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya pada klitku terus ke lubang
vegiku, “Ooohh bang.. teruuss.. baang..!” erangku nikmat. pantatku
bergoyang mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.
Aku
gak bisa menahan napsuku sehingga aku mempoisisikan vegiku diatas
kontinya, kuarahkan kontinya ke vegiku kemudian pantat kuturunkan
sehingga masuklah kontinya penuh ke lubang vegiku. Aku merebahkan
tubuhku diatas tubuhnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya keatas memberi
tekanan pada vegiku dengan kontinya. Akupun menyambut serangannya
dengan menggerakkan juga pantatku naik turun dengan perlahan-lahan.
Makin cepat.. makin cepat..”Ooohh.. bang.. mmff..” desahanku semakin
menggila.
Tangannya
tidak tinggal diam, kedua toketku diremas dan pentilku diplintir lembut
menambah kenikmatan bagiku. sekonyong-konyong aku menjatuhkan badanku
ke atas dadanya sehingga remasan di toketku terlepas. “Bang.. Sintia
nggak tahaann.. oohhmmff..” lenguhku sambil memagut bibirnya dan akupun
nyampe kembali. Vegiku berdenyut keras memerah kontinya yang masih
nancap dengan gagahnya sehingga akhirnya dia gak bisa menahan lebih lama
lagi, dan “Srroott.. Srroott.. Srroott..” maninya muncrat.
Aku
menelungkup diatasnya, bibirku dipagutnya sambil memelukku erat sekali.
Hebat juga si abang, yang tadinya cuek saja ternyata menjadi pejantan
tangguh di ranjang yang bisa membuat aku berkali2 mendapat O, luar
biasa. Dah selesai semuanya baru terasa laper karena hari dah mo siang
tapi kita sarapan ja belon. sarapannya diganti breakfast in bed alias
emel.
weekend
itu kamu terus saja mengadu konti dan vegi, staminanya benar2 hebat
seakan2 dia gak pernah puas menggenjot vegiku dengan kontinya sampe aku
lemas Lugu diawal akhirnya jadi buas banget, nikmatnya…